Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2018, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung
Proceeding of The URECOL
Pembuatan Biopori Untuk Mitigasi Bencana Banjir Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo2021 •
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat)
Penerapan Teknologi Biopori Untuk Meningkatkan Ketersedian Air Tanah Serta Mengurangi Sampah Organik DI Desa Puron Sukoharjo2020 •
Ketersediaan air tanah di Desa Puron Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo semakin menurun. Hal itu dikarenakan pengambilan air tanah yang tidak diimbangi dengan semangat konservasi dan sedikitnya air hujan yang masuk ke dalam tanah. Berkurangnya jumlah air yang ada mengakibatkan mengeringnya tumbuhan di lingkungan tersebut. Selain itu, masih banyaknya sampah rumah tangga menjadi permasalahan yang harus dihadapi masyarakat permukiman. Penanganan sampah dan irigasi secara konvensional yang telah diterapkan oleh masyarakat belum menjadi solusi terbaik. Sehingga perlu penanganan secara tersistematis, terstruktur dan berkelanjutan. Pengabdian yang dilakukan bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Puron dalam menangani masalah air dan sampah. Pengabdian masyarakat dengan mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk melakukan konservasi sumber daya air dengan penerapan teknologi sederhana dan murah. Penerapan teknologi yang bisa diterapkan yaitu dengan pembuatan lubang resapan biopori un...
Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Pembuatan Biopori dan Sumur Resapan untuk Mengatasi Kekurangan Air Tanah di Perumahan Villa Mutiara, Tangerang Selatan2019 •
KOMMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Biopori Sebagai Upaya Mengatasi Banjir dan Ketersediaan Air Tanah di Lingkungan Pesantren Nurul Huda2020 •
Unri Conference Series: Community Engagement
Penerapan teknologi biopori dalam pencegahan banjir dan kekeringan yang sekaligus pembuatan biokompos di Kelurahan Delima Kecamatan Tampan PekanbaruBanjir merupakan masalah yang hampir setiap tahun melanda wilayah perkotaan maupun pedesaan. Umumnya di perkotaan banjir lebih banyak disebabkan oleh tidak lancarnya aliran air (diselokan) akibat sampah yang dibuang ke aliran air dan berkurangnya kawasan resapan air. Kelurahan Delima Kecamatan Tampan terdapat kawasan perumahan sederhana yang memiliki halaman rumah terbatas berukuran sekitar 7m x13 m sampai dengan 10 m x 15 m per unit rumah. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dikawasan ini menggunakan sumur bor yang lama-kelamaan akan mengurangi cadangan air bawah tanah. Kawasan perumahan tersebut kadang-kadang sudah disemenisasi, yang mengakibatkan kurangnya resapan air hujan sehingga rentan terjadinya banjir dan kekeringan. Untuk mengatasi hal ini, masyarakat dapat menerapkan teknologi lubang resapan biopori. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memperkenalkan teknologi lubang resapan biopori dan mengajak masyarakat untuk menerapkannya serta membuat biokompos dari lubang resap...
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA
Biopori Untuk Peresapan Limpasan Air Hujan dan Pengendalian Genangan di Dusun Tanah Embet Kecamatan Batulayar2022 •
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat
Pendampingan Pembuatan Dan Pemasangan Biopori Sebagai Wadah Resapan Air Dan Komposting DI Kelurahan Biawu Kecamatan Kota Selatan Kota GorontaloKegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di Kelurahan Biawu Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo guna : (1) memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang permasalahan yang terjadi; (2) melakukan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat terhadap pemanfaatan dan tata kelola potensi yang ada; dan (3) melakukan penataan lingkungan serta penanggulangan bencana sesuai dengan RPJMD Kota Gorontalo.Metode pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu : (1) model pemberdayaan masyarakat yaitu peningkatan partisipasi masyarakat; (2) model analisis eksplorasi potensi; dan (3) model simulasi tanggap bencana.Pelaksanaan kegiatan meliputi sosialisasi mengenai pengelolaan lingkungan binaan yang sehat dan tangguh bencana, dilanjutkan dengan pemaparan materi, pelatihan teknis dan pendampingan yang dilaksanakan secara langsung di lapangan bersama masyarakat menyangkut teknik pembuatan dan pemasangan biopori yang berfungsi sebagai resapan air...
2024 •
Questo lavoro costituisce l'introduzione di un volume dedicato all'analisi economica del diritto dei contratti
2023 •
Project INDIGO aims to document, disseminate and analyse the contemporary graffiti-scape surrounding the Viennese Danube Canal (Austria). Despite its focus on present-day graffiti, INDIGO is considered an archaeological project. The authors take the stance that archaeology is an academic discipline trying to understand (our complex relationships with) the material remains of the stratified past, whether that past was centuries (i.e. the remote or ancient past) or days (i.e. the contemporary or recent past) ago. From this point of view, it should not be surprising that INDIGO applies (and improves) various tools and workflows commonly used for acquiring and managing data in more conventional archaeological projects. However, outsiders might find it strange to hear that a discipline examining space- and time-bound anthropogenic activities has only developed tools to properly analyse and visualise the two-dimensional spatial component of archaeological data. Effective practical approaches to handling the third spatial dimension, let alone the temporal aspect, are generally lacking. INDIGO wants to leverage its focus on "less old" things to advance the management, visualisation and analysis of the uncertain spatio-temporal boundaries characterising "older things". Post-depositional processes like erosion, ploughing, animal digging, and soil formation increasingly bias and fuzzyfy the spatial and temporal information obtainable from common archaeological remains like Bronze Age ditches or Celtic ceramics. Because modern artefacts like graffiti are typically less influenced by post-depositional processes, and since their continuous "layering" (which archaeologists call stratification) can be documented in situ, contemporary graffiti-scapes lend themselves well to develop archaeologically-relevant ways of dealing with spatio-temporal complexities. Despite considerable effort, monitoring the dynamic nature of graffiti along the Danube water channel still poses problems concerning data quality and completeness. INDIGO's initial spatial and temporal (meta)data only accounts for when (and if) a graffito was photographed. Whether the graffito production occurred hours or days before typically remains unknown, while some graffiti even go undocumented. INDIGO relies on a polygon for each graffito to address these challenges. This polygon is first indicated on – and stored within – each graffito's overview photo via the bespoke software GRAPHIS. AUTOGRAF – another tool coded within INDIGO – transforms this image-bound two-dimensional polygon into a three-dimensional geometric entity correctly located in a real-world coordinate reference system. A GeoJSON file stores each graffito-polygon. This human- and machine-readable file complements the polygon coordinates with various attribute fields for temporal data. Some fields can be populated upon creating the polygon, while other temporal data might be automatically inferred from subsequent polygons. At the end of the process, each polygon should provide a digital, nuanced representation of one graffito's spatial and temporal dimensions. Through their combination, we hope that INDIGO's online visualisation platform can extract the various explicit or implicit spatial and temporal relationships among the thousands of documented graffiti.
2022 •
Kleronomia. Α Scientific Journal Published Twice - Yearly
A. Siskos, "Challenges and Ontological Basis of the Ecumenical Movement. An Orthodox View", Kleronomia 39 (2016-2017) [2021], pp. 237-248.2021 •
Physics Letters B
Improved heavy quark effective theory currents1992 •
2021 •